“(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam. Tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan ke dua.†(QS. An-Nazi’at [79]: 6-7)
Ketika menjelaskan ayat di atas, Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
قَالَ ابْن٠عَبَّاسÙ: هَمًّا النَّÙْخَتَان٠الْأÙولَى وَالثَّانÙÙŠÙŽØ©ÙØŒ وَهَكَذَا قَالَ Ù…ÙجَاهÙدٌ وَالْØَسَن٠وَقَتَادَة٠وَالضَّØَّاك٠وَغَيْر٠وَاØÙدÙ
“Ibnu ‘Abbas berkata,’Keduanya adalah tiupan pertama dan ke dua.’ Dan demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, Adh-Dhahhak, dan yang lainnya.†(Tafsir Ibnu Katsir, 8/315)
Mereka juga berdalil dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
مَا بَيْنَ النَّÙْخَتَيْن٠أَرْبَعÙونَ
“(Jarak) antara dua tiupan adalah empat puluh.†(HR. Bukhari no. 4935)Â
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«مَا بَيْنَ النَّÙْخَتَيْن٠أَرْبَعÙونَ» قَالÙوا: يَا أَبَا Ù‡Ùرَيْرَةَ أَرْبَعÙونَ يَوْمًا؟ قَالَ: أَبَيْتÙØŒ قَالÙوا: أَرْبَعÙونَ شَهْرًا؟ قَالَ: أَبَيْتÙØŒ قَالÙوا: أَرْبَعÙونَ سَنَةً؟ قَالَ: أَبَيْتÙ
“(Jarak) antara dua tiupan adalah empat puluh.†Para sahabat bertanya,â€Wahai Abu Hurairah, apakah empat puluh hari?†Abu Hurairah menjawab,â€Aku enggan.†Mereka bertanya lagi,â€Empat buluh bulan?†Abu Hurairah menjawab,â€Aku enggan.†Mereka bertanya lagi,â€Empat puluh tahun?†Abu Hurairah menjawab,â€Aku enggan.†(HR. Bukhari no. 4935)
Maksudnya, Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu tidak mau memastikan atau menegaskan apakah jarak tersebut adalah empat puluh hari, empat puluh bulan, atau empat puluh tahun. Namun yang pasti adalah jaraknya adalah empat puluh.
Dikatakan juga bahwa jarak dua tiupan ini adalah di antara perkara yang tidak diketahui kecuali Allah Ta’ala.
Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan,
ومعناه امتنعت من تبيينه لأني لا أعلمه Ùلا أخوض Ùيه بالرأي
“Maksudnya, aku tidak bisa menjelaskan, karena aku tidak mengetahuinya. Maka aku tidak berbicara tentang hal itu hanya berdasarkan pendapat (logika).†(Fathul Baari, 11/370)
Dalam riwayat disebutkan bahwa Malaikat Israfil memegang sangkakala di atas pinggang kanannya, sementara kepala sangkakala berada tepat di depan mulutnya.
Dalam setiap waktu, Malaikat Israfil selalu menanti saat perintah dari Allah SWT akan datang. Ketika waktu dunia semakin mendekati tujuan akhirnya, sangkakala itu mendekat ke wajah Malaikat Israfil.