WASTU.ID - Sebelum menjadi pusat perdagangan rempah-rempah pada abad ke 15, pelabuhan Sunda Kelapa telah menjadi kawasan ekonomi yang penting sejak zaman kerajaan Tarumanagara, pada abad ke-5.
Pada masa itu, Sunda Kelapa dikenal sebagai Sundapura, sebuah pelabuhan yang ramai dan menjadi pintu masuk perdagangan internasional.
Pada abad ke-12, pelabuhan sunda kelapa semakin ramai sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, yang merupakan bagian dari kerajaan Sunda.
Ibu kota Kerajaan Sunda saat itu adalah Pakuan Pajajaran (Bogor). Dan Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi titik penting dalam perdagangan rempah-rempah, terutama lada, yang sangat dicari oleh pedagang dari Asia, Eropa, dan Timur Tengah.
Sejarah sunda kelapa berlanjut dengan adanya sebuah perjanjian yang disepakati antara kerajaan sunda dan Portugal pada tahun 1522.
Isi perjanjian tersebut menyatakan bahwa Portugal akan membangun loji (rumah, kantor, dan benteng) di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan pusat perdagangan rempah-rempah
Sebagai gantinya, kerajaan sunda akan menerima barang-barang yang dibutuhkannya, dan Sang Raja menjanjikan 1.000 keranjang lada sebagai tanda persahabatan dengan portugal.
Namun, perjanjian ini menimbulkan rasa tidak senang dari Kerajaan Demak, yang menganggapnya sebagai provokasi dan ancaman.
Sebagai reaksi atas hal itu, Fatahillah, diutus oleh Demak untuk mengusir Portugis dan merebut kota pelabuhan tersebut, ini merupakan babak baru dalam sejarah sunda kelapa.
Perebutan Sunda Kelapa oleh Fatahillah