Namun, kejayaan Sunda Pajajaran tidak bertahan lama. Pada pertengahan abad ke-16, wilayah Sunda jatuh ke tangan Kesultanan Banten yang didirikan oleh Sultan Maulana Hasanudin.
Kesultanan Banten menggantikan kekuasaan Hindu-Buddha dengan agama Islam sebagai agama resmi di wilayah tersebut.
Selama masa kolonial, wilayah Sunda menjadi pusat perjuangan melawan penjajah Belanda. Pada abad ke-19, terjadi perang melawan Belanda yang dikenal dengan nama Perang Diponegoro.
Pasukan Pangeran Diponegoro, yang merupakan pahlawan nasional Indonesia, melancarkan perlawanan sengit terhadap penjajah Belanda di wilayah Sunda.
Setelah Indonesia meraih kemerdekaannya pada tahun 1945, wilayah Sunda menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Sunda memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan dan pembentukan negara Indonesia.
Banyak tokoh-tokoh nasional berasal dari wilayah ini, seperti Bung Karno (Soekarno), proklamator kemerdekaan Indonesia, dan Bung Hatta (Mohammad Hatta), Wakil Presiden pertama Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, wilayah Sunda terus mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. Kota-kota seperti Bandung, Bogor, dan Bekasi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan perkotaan.
Keindahan alam Sunda, seperti pegunungan, danau, pantai, dan kekayaan budayanya menjadikannya tujuan wisata yang populer baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Sejarah Sunda telah membentuk identitas dan kekayaan budaya yang khas. Kearifan lokal, seni tradisional seperti wayang golek, tari jaipongan, dan batik Sunda, serta adat istiadat yang unik menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan Sunda.